Dari Sampah Sampai Mengolah Solar Hasil Limbah

Matahari masih belum nampak namun puluhan petugas berseragam kuning kombinasi biru tengah sibuk dengan aktifitas mereka, gelap bukan halangan demikian pula cuaca dingin bahkan hujan. Rasanya dingin, pekat seperti karib yang senantiasa menemani dalam keseharian sepanjang hari dan petang. Demikian pula sampah yang bagi sebagian orang dianggap barang menjijikkan dan kotor. Mulai sampah daun sampai aneka sampah yang tercecar disepanjang jalan dan pemukiman. Bisa dibayangkan apabila tidak ada orang yang bersedia mengerjakan dan memilih menjadi petugas kebersihan. Meski banyak yang beranggapan pekerjaan rendahan. Nyatanya peran mereka luar biasa,....2-4 hari tak ada mereka bisa kita bayangkan bagaimana kumuhnya jalanan dan lain sebagainya. Belum lagi ibu-ibu rumah tangga pasti akan pusing saat petugas sampah tiba-tiba absen memungut sampah mereka. Itu adalah sekelumit tugas yang menjadi beban tugas para petugas kebersihan yang berada dibawah naungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP).

Dinas ini tidak hanya sekedar mengurusi kebersihan namun masih banyak tugas lain baik tugas yang bersifat rutin sampai tugas mencari inovasi dan terobosan untuk mewujudkan kesersihan dan keindahan. Bisa dibayangkan mengurusi kebersihan dan keindahan Bojonegoro mulai Margomulyo sampai Baureno Mulai Temayang sampai Trucuk. Mulai daerah perkotaan sampai dengan daerah pelosok yang menjadi bidang tugasnya. Pastinya tugas ini bukan tugas ringan, tidak akan berhasil manakala hanya mengandalkan personil yang terbatas jumlahnya.

Kerja keras, daya, upaya dengan balutan doa serta keikhlasan meniatkan ini sebagai ibadah membuat DKP dibawah pimpinan Nurul Azizah ini semakin menampakkan kegigihannya. Tidak hanya menggarap Ikon Bojonegoro saja yakni Alun-alun Bojonegoro namun sudah merambah pada taman-taman tematik yang nantinya akan menjadi destinasi kunjungan baik domestik maupun luar daerah. Alun-alun yang dulunya tampak semrawut kini perlahan-lahan berbenah dan mempercantik diri menjelma menjadi tempat yang nyaman untuk berolahraga, refreshing maupun tempat kumpul keluarga.

5 Alun-Alun Mini ditahun 2015

Laksana gigi kendaraan yang tengah melaju kencang,DKP tidak puas hanya dengan menggarap Ikon Bojonegoro berupa alun-alun, namun di tahun 2015 ini akan membuat 5 ‘Alun-alun Mini” dibeberapa wilayah di Kecamatan Bojonegoro. Dengan konsep yang hampir sama dengan alun alun, mulai area jogging track, air mancur, taman bunga dan tempat yang nyaman untuk semua kalangan. Mulai anak-anak, kaum muda hingga kaum tua. Menyulap alun-alun bukan berpara gampang, namun membutuhkan perencanaan dan konsep yang matang. Apalagi akan dibangun dibeberapa titik di Kecamatan. Mengusung tema tematik ini diharapkan akan menjadikan alun-alun adalah tempat yang menyenangkan tidak hanya bagi pengunjung domestik namun bisa menarik masyarakat luar  Bojonegoro untuk rela jauh – jauh datang dan menikmati “Alun-alun mini “ tersebut. Dan akan menimbulkan rasa akan datang kembali suatu saat ditaman itu. Oleh karenanya DKP sengaja mengusung tematik agar memiliki identitas diri dimasing-masing taman. Dari 5 titik yang direncanakan ditahun 2015 ini diantaranya adalah yang terletak di Desa Gajah Kecamatan Baureno. Taman ini nantinya akan dibangun dengan konsep yang hampir mirip dengan Alun-alun Bojonegoro hanya saja konsep tematik satwa akan diprioritaskan. Satwa yang dipilih adalah gajah karena mewakili identitas daerah yakni Desa Gajah Kecamatan Baureno. Layaknya taman pada umumnya, selain tanaman bunga dan aneka tanaman teduhan dalam setiap taman nantinya akan ditanami tanaman dengan tanaman asli Kabupaten Bojonegoro seperti baik buah maupun tanaman keras. Taman ini nantinya akan difungsikan sebagai pusat rekreasi, edukasi sekaligus rest area bagi pengguna jalan .

Titik selanjutnya terletak di Kecamatan Margomulyo, konsep yang akan dibangun untuk taman yang terletak di ujung selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Ngawi ini adalah untuk mengenalkan kekayaan potensi lokal di Kecamatan Margomulyo. Tidak lain tidak bukan adalah kerajinan akar jati yang kini menjadi identitas daerah Margomulyo. Pemilihan tema ini sejalan dengan lokasi taman sehingga akan menimbulkan suasana yang sangat mendukung sekaligus ajang promosi potensi daerah. Titik ketiga berada di Kecamatan Sumberejo .

Taman yang kini tengah dalam proses pengerjaan antara lain Taman bertemakan edukasi di sepanjang Jalan Ahmad Yani Bojonegoro tepatnya adalah di Depan Sekolah Model Terpadu (SMT) di Desa Sukowati Kecamatan Kapas. Mengusung taman pendidikan disesuaikan dengan lokasi yang berada di kompleks yang berdekatan dengan SMT. Tahap awal sudah mulai dikerjakan namun akan terus ditingkatkan kualitasnya tanpa meninggalkan kesan indah dan hijau. Pada dasarnya taman-taman ini akan memiliki fungsi ganda tidak hanya tempat berkumpul semata namun akan mensuplai kebutuhan oksigen dan air. Apalagi saat ini lingkungan kita sudah mulai terancam dengan adanya efek rumah kaca dan industrialisasi migas di Bojonegoro. Salah satu indikasinya adalah suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. Lalu Taman yang akan dikonsep hampir mirip dengan Taman Bungkul Surabaya yakni Taman yang berlokasi di Terminal Lama Bojonegoro. Taman ini akan dikonsep pula menjadi rest area dan wisata alternatif untuk masyarakat lokal Bojonegoro. Memandang strategisnya lokasi dimungkinkan pula akan menjadikan taman ini destinasi alternatif dengan melengkapinya dengan pusat kerajinan dan oleh-oleh khas Bojonegoro.

Alun-alun lain yang akan dibangun akan bertambah dan direncanakan disetiap kecamatan akan memiliki taman sesuai dengan ke khasan yang dimiliki dan potensi tentunya. Selain itu memperhatikan tema lain yang akan terus berkembang. Alun-alun yang selama ini hanya terpusat di satu titik kini menyebar dan merefleksi diri menjelma menjadi alun-alun mini yang tak berubah dari esensinya. Alun-alun ini akan terus bermetamorfosis sesuai dengan kondisi yang akan dicapai Bojonegoro.

DKP tidak sekedar memikirkan kebutuhan manusia yang masih hidup akan tetapi sudah mengarahkan kiblatnya dirumah masa depan setiap manusia Yakni areal pemakaman alias  pekuburan. Jika selama ini kuburan dianggap sebagai tempat angker yang menyeramkan dan penuh dengan ketakutan. Maka kini makam akan dipersolek menjadi tempat yang cantik, bukan sekedar menjadi tujuan untuk mengubur orang mati saja. Jika kita mau menelisik Makam tidak saja dibutuhkan oleh orang yang meninggal. Akan tetapi makam adalah tempat antara dua dunia yakni kita yang masih hidup dan mereka yang telah meninggalkan alam fana ini. Makampun adalah tempat bersemayamnya orang-orang yang kita kasihi selama didunia ini. Ada interaksi luar biasa ditempat yang bernama makam ini.Ada ikatan dua dunia yang tak terputus antara dua dunia yang berbeda. Makam layaknya rumah pertemuan antara kehidupan dan kematian. Memandang esensi penting makam ini maka DKP kini ingin merombak wajah Makam menjadi tempat yang penuh estetika,penuh hubungan dan tempat interkasi yang nyaman dalam tanda kutip adalah tempat melantunkan doa untuk mereka yang sudah meninggal dunia. Bukan sebaliknya menjadi tempat untuk ngalab sesuatu yang dibenci oleh agama. Pemikiran dan niat tergantung masing-masing individu namun intinya mengubah makam menjadi tempat yang nyaman bagi peziarah. Ada harapan lain yang tersembul dibalik “ make Over” areal pemakaman ini. Menyulapnya dari tempat berbau kembang  menjadi tempat yang nyaman untuk belajar dan kongkow.  Bahkan dimungkinkan menjadi tempat yang melek IT. Rasanya belum ada pemakaman yang dihiasi dengan Hot Spot dan Wi Fi. Mungkin saja jika makam nantinya adalah tempat ziarah yang nyaman dan memang mendidik kita untuk berestetika dan belajar. Dari tempat yang dikenal angker menjadi tempat nongkrong semua kalangan mulai komunitas pengajian sampai mereka yang konsen membangun peradaban. Membayangkannya saja sudah damai bagi kita yang datang asal tidak digunakan tempat untuk berbuat macam-macam. Tapi masak ada yang berani berbuat neko-neko ditempat yang namanya kuburan apa tidak takut “ Kesambet alias kerasukan”.

DKP tidak hanya memikirkan rumah masa depan yang bernama kuburan akan tetapi juga memikirkan faktor lain yakni pengunjung. Rasanya kunjungan tidak menjadi ajang curhat berbagi kesedihan didunia. Tapi melantunkan doa penuh rasa bahagia dan ketulusan karena kebutuhan sang pengirim doa terpenuhi.

Seimbangnya kehidupan dunia dipengaruhi oleh faktor utama yakni terpenuhinya kebutuhan ekonomi , apabila kebutuhan ekonomi terpenuhi maka kebahagian, ketentraman akan menyelimuti kita. Lalu bagaimana mewujudkan kebahagian kepada stake holder DKP ini. Siapa lagi kalau bukan para pemulung,....jangan menyepelekan pekerjaan pemulung. Mereka membantu dan berjasa pula dalam bidang kerja DKP. Bagaimana tidak Pemulung adalah “ Stake Holder” sekaligus mitra yang bersinergi dalam mensukseskan program DKP.

Untuk mewujudkan stakeholder merek sang pemulung ini, DKP Bojonegoro memiliki program “Pulung”....apa itu pulung. Pulung dalam esensi jawa adalah keberkahan dan wahyu yang didapatkan seseorang. Berkiblat dari hal ini maka DKP mewadahi pemulung yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Banjarsari Kecamatan Trucuk dalam komunitas “ pulung” yakni Pemulung Ulung. Dibawah binaan DKP dengan membentuk semacam koperasi yang berlabel “ Patrol 21” . Di Patrol 21 ini pemulung semacam diwadahi dalam komunitas , selain mendapatkan sarana yakni tempat MCK . ( Selama ini para pemulung di TPA banjar sari saat melakukan aktifitas MCK hanya di kolam air yang berada di lokasi TPA) Kini mereka mendapatkan fasilitas MCK yang layak dan berstandart. Tidak hanya itu Koperasi Patrol 21 ini juga membeli dengan harga yang lebih dibandingkan pengepul lainnya. Sehingga menambah sisi pendapatan mereka. Jika dulu 1 hari hanya mendapatkan 10 ribu rupiah kini rata-rata penghasilan mereka antara 20-25 ribu per hari. Tidak hanya itu saja mereka juga mendapatkan pelatihan dan keterampilan untuk menambah kreatifitas mereka utamanya dari barang limbah.

Tidak sebatas itu, DKP Bojonegoro dengan inovasi Dra. Hj. Nurul Azizah ini mampu menghasilkan manfaat lain dari aktifitas TPA Banjarsari. Gas metan yang selama ini terbuang percuma dan banyak dikeluhkan kini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yakni diubah menjadi bahan bakar. Gas metan ini kini disalurkan untuk aktifitas dapur mereka yang bermukim 500 meter dari TPA Banjarsari. Diakui pemanfaatan gas metan ini masih minim hanya memenuhi kurang lebih 5 rumah tangga dan 3 unit warung yang berada di lokasi TPA Banjarsari. Kebanggaan lain yang ternyata, limbah plastik dan aqua yang tidak laku dijual ternyata mampu diproduksi menjadi solar yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan tenaga untuk tenaga diesel yang dioperasikan di  lokasi Banjarsari. Dari 20 kilo plastik ternyata mampu menghasilkan 10 liter solar. Fantastik bukan ternyata dari sampah yang dianggap limbah mampu menghasilkan nilai ekonomis.Belum lagi Gas metan ( gas buang dari aktifitas di TPA khususnya sampah) dimanfaatkan pula untuk menjadi bahan bakar alternatif untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Meskipun masih memenuhi daerah sekitar TPA, namun menjadi solusi jitu bagi para ibu rumah tangga dan pemilik warung.

Kerja keras takkan berhenti sampai disini namun akan terus berkarya mulai menata mempercantik kawasan Bojonegoro menjadi tempat yang kembali “ Ijo Royo-royo” tempat kang “ Sarwo Edi Peni” namun daerah yang memiliki tatanan udara yang sejuk tak ubahnya hawa penggunungan dan pedesaan. Demikian pula cakupan tak sekedar memenuhi kebutuhan kita yang masih hidup namun mengarah pada orientasi pembangunan bagi areal pemakaman. Jadi Desa Roso Kutho dan Kutho Roso Desa bukan sekedar jargon namun teralisasi dan menjadi gambaran Kabupaten Bojonegoro.

 


By Admin
Dibuat tanggal 31-03-2015
992 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
100 %
Puas
0 %
Cukup Puas
0 %
Tidak Puas
0 %